kikichemist.com., Teknologi yang berkembang pesat dewasa ini semakin memberi manfaat bagi masyarakat. Akses informasi yang semakin cepat, kemudahan mengelola informasi, termasuk salah dua manfaat dari berkembangnya teknologi.
Namun sayangnya, dibalik manisnya manfaat teknologi, ada saja masalah yang muncul. Tindak kejahatan melalui jaringan komputer atau yang kita kenal sebagai siber kerap kali meresahkan masyarakat.
Pasalnya, orang-orang yang ada dibalik kejahatan siber ini lebih sulit untuk ditaklukkan dibanding dengan pencurian yang terjadi di dunia nyata. Tindak kejahatan yang dilakukan secara halus namun pasti ini seringkali berhasil mengelabui korbannya.
Contohnya saja orang-orang terdekat yang sering mendapatkan pesan phising, ataupun telepon dari orang tak dikenal yang berakhir pada pencurian data korbannya.
Untuk itu, penting sekali penyuluh digital hadir di tengah-tengah masyarakat untuk memberikan edukasi, agar masyarakat tidak sembarangan memberikan informasi penting dan terhindar dari kejahatan siber yang semakin marak.
Apa itu Kejahatan Siber?
Sebelum melakukan antisipasi, ada baiknya kita mengetahui lebih jelas dahulu, apa sih kejahatan siber itu?
Menurut Abidin (2017), kejahatan siber adalah istilah yang mengacu kepada aktivitas kejahatan dengan komputer atau jaringan komputer menjadi alat, sasaran atau tempat terjadinya kejahatan yang menimbulkan kerugian materiil atau immateriil pada pihak yang menjadi target.
Artinya, kejahatan siber adalah aktivitas dari pelaku kejahatan yang bertujuan untuk mencuri informasi penting dari korbannya. Informasi yang didapatkan nantinya akan dipergunakan bagi penjahat siber untuk memperoleh keuntungan.
Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat pada tahun 2020 Indonesia mengalami serangan siber sebanyak 495.3 juta kali, jumlah ini meningkat 41 persen dari tahun 2019. Begitupun bareskrim yang menerima peningkatan laporan kejahatan siber dari tahun 2018 sebanyak 4.360 laporan menjadi 4.586 laporan di tahun 2019.
Dalam kurun waktu 6 tahun terakhir, terdapat 25.759 aduan masyarakat terkait kejahatan siber, yang diadukan melalui portal Patrolisiber dengan total kerugian mencapai Rp5,05 triliun.
Angka-angka ini tentu bukan angka yang sedikit dan tak bisa dianggap remeh. Kejahatan siber merupakan masalah yang cukup serius, sehingga perlu adanya penanganan agar aktivitas kejahatan siber tak lagi meresahkan masyarakat.
Waspada Tindak Kejahatan Siber
Tindak kejahatan siber bisa terjadi kapan saja dan kepada siapa saja. Seringkali, ketika sedang menjadi calon korban kejahatan satu ini, kita bahkan tidak sadar bahwa saat itu sedang terjadi transaksi informasi data.
Jadi, penting sekali bagi kita untuk tetap aware dan mengenali kejahatan siber ini. Berikut beberapa tips sederhana yang bisa kita lakukan agar terhindar dari kejahatan siber
1. Jangan membuka dan membagikan link pesan phising
Seringkali kita menerima pesan phising dari teman ataupun sanak saudara, agar terhindar dari pesan yang terlihat menarik namun mematkan ini, kita perlu mengenali jenis pesannya.
Biasanya, pesan phising dibuat cukup menarik, entah itu dengan iming-iming kuota gratis, atau mendapatkan uang tunai. Pesan phising biasanya selalu dilengkapi dengan link yang agak aneh jika kita mau mencermatinya.
Link ini akan dibuat seolah-olah resmi, dan diberi embel-embel suatu lembaga sehingga kita dapat dengan mudah percaya. Namun, jika dicermati pasti terdapat penulisan yang aneh dari lik tersebut.
Parahnya lagi, seringkali sebagai prasyarat untuk mendapatkan hadiah yang mereka tawarkan kita dituntut untuk membagikan pesan tersebut sebanyak-banyaknya.
Jika itu terjadi pada kalian, hindari membagikan pesan semacam itu karena akan lebih banyak lagi korban jiwa. Kita bisa menjadi penyuluh digital dengan mengedukasi teman dan saudara agar terhindar menjadi korban kejahatan.
Jika link phising yang ada dalam pesan tersebut kita klik, maka otomatis para penjahat siber dapat dengan mudah mencuri data penting yang ada di handphone anda, terutama data m-banking yang biasa anda gunakan.
Jadi, mari kita menjadi nasabah bijak agar tak mudah tertipu dengan modus pencurian data dari para siber.
2. Jangan memberikan informasi penting
Kejahatan siber seringkali dilakukan melalui jaringan internet maupun telepon. Biasanya, para penjahat ini akan meminta data seperti no. KTP, kode OTP, pin ATM ataupun nomor rekening.
Beberapa waktu lalu, seorang temanku telah menjadi korban penipuan, sebut saja namanya Ina. Penipu tersebut mengaku sebagai admin dari sebuah marketplace, dan mengatakan akan mengirimkan hadiah karena Ina sering berbelanja di marketplace tersebut.
Sayangnya, Ina dengan mudah percaya dan memberikan data berupa nomor KTP dan nomor rekening kepada penipu itu, alhasil mau tidak mau ia harus kehilangan uang senilai 2 juta rupiah. Untungnya tidak terlalu besar, meskipun membuatnya cukup pusing.
Nah, untuk hal semacam ini, kita perlu seutuhnya sadar dan tak mudah percaya dengan iming-iming hadiah yang ditawarkan. Sebesar apapun hadiah yang ditawarkan, pastikan dengan baik terlebih dahulu apakah yang menghubungi kita benar-benar lembaga resmi.
Meskipun nantinya ada yang mengaku berasal dari lembaga resmi, jangan pernah memberikan data penting seperti di atas melalui telepon atau jaringan internet. Jadilah nasabah bijak yang tak mudah percaya dengan hal-hal semacam itu.
3. Jangan sembarangan mengklik iklan
Ketika kita membuka laman web, terkadang ada iklan-iklan aneh berupa jackpot yang nantinya akan mengalihkan kita ke link aneh dan berujung pada malware. Sebaiknya, hindari untuk mengklik iklan semacam ini, karena ada indikasi pencurian data yang dilakukan.
Menjadi Nasabah Bijak
Semakin maraknya kejahatan siber yang mengancam keamanan data para nasabah, tentu sangat meresahkan dunia perbankan yang kerap menjadi sasaran empuk dari kejahatan siber, apalagi di zaman digital ini, segala transaksi banyak dilakukan secara digital.
Hal ini juga membuka peluang bagi para penjahat siber untuk melancarkan aksinya. Untuk itu, persatuan bank nasional (PERBANAS) membentuk Komite Kerja Cyber Security, untuk melawan kejahatan siber yang sedang marak terjadi.
BRI yang merupakan salah satu pemain dalam industri perbankan menyambut baik hal ini. Saat ini, ada beberapa upaya yang dilakukan oleh BRI untuk melawan kejahatan siber di Indonesia, di antaranya:
- BRI telah menggunakan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Teknologi ini digunakan untuk memahami pola dan ancaman serangan siber, yang dapat memudahkan pihak BRI dapat memberikan tindakan preventif dan respon yang tepat untuk kejahatan siber.
- Membentuk organisasi khusus menangani keamanan informasi yang dikepalai Chief Information Security Officer (CISO) dengan pengalaman dan keahlian di bidang cyber security
- Melakukan edukasi terhadap pekerja BRI serta nasabah terkait tata cara transaksi yang aman. Edukasi ini dilakukan melalui media sosial dan media cetak. Selain itu, edukasi juga diberikan saat nasabah datang langsung ke unit kerja BRI.
- Manajemen insiden untuk keamanan informasi, dilaksanakan oleh unit kerja information security desk di bawah naungan Cyber Security Incident Response Team (CSIRT).
- Memiliki tata kelola keamanan informasi yang mengacu pada NIST cyber security framework, standar internasional, PCI DSS.
- Melakukan pengembangan teknologi keamanan informasi sesuai dengan framework NIST untuk meminimalisir risiko kebocoran data nasabah dengan mencegah, mendeteksi, dan melakukan monitor terhadap ancaman serangan siber.
Berbagai upaya terus ditingkatkan oleh bank terpercaya di Indonesia ini. Namun, kerjasama dari para nasabah bijak juga sangat diperlukan dengan tidak memberikan informasi-informasi penting secara sembarangan, kerjasama dari masyarakat juga akan menekan kejahatan siber yang terjadi.
Selain dengan tidak membocorkan data penting, kita juga perlu menjadi nasabah bijak dengan berperan sebagai penyuluh digital, agar tidak semakin banyak lagi korban kejahatan siber.
Posting Komentar
Posting Komentar