”Sains hari ini, adalah teknologi masa depan”- Edward Teller
Semakin hari, perkembangan dunia teknologi semakin mengalami kemajuan, dari mulai hal yang biasa, hingga hal yang membuat kita geleng-geleng. Dunia teknologi dihebohkan dengan hal baru, sebuah teknologi komputer yang digadang-gadang dapat menyaingi kecerdasan manusia. Meskipun nyatanya telah lama dikembangkan, namun teknologi ini baru naik daun di tahun 2000-an
Artificial intelligence (AI), merupakan sebuah teknologi yang merujuk pada kemampuan mesin untuk dapat meniru kecerdasan manusia, yang saat ini menjadi tren di dunia. Banyak teknologi AI yang berkembang di tengah masyarakat. Seperti yang kita tau, segala macam teknologi banyak sekali dan berasal dari luar negeri, baik Cina ataupun negara Eropa.
Tetapi, teknologi AI yang kita kenal saat ini, membuat anak bangsa tertarik untuk turut menggeluti dunianya. Salah satunya Nodeflux, AI karya anak bangsa yang mendunia.
Faris Rahman, adalah seorang sarjana teknik ITB yang mendirikan Nodeflux, sebuah perusahaan startup AI bersama rekannya yang telah dikenal sejak SMP, Meydy Fitranto. Alumni sarjana teknik industri ITB ini sebelumnya pernah beberapa kali menjalankan project bersama rekannya itu, dan kali ini project yang mereka buat membuahkan hasil yang cukup besar.
Nodeflux terbentuk ketika Faris awalnya membuat project software bersama Meydy untuk media online, project yang sudah hampir jadi ini ternyata gagal dan disuspen, lantaran project yang dikerjakannya hampir selesai, kedua pemuda lulusan ITB ini memutuskan untuk lanjut mengembangkannya.
Faris Rahman yang akrab dipanggil Ais ini mengembangkan teknologi AI berbasis pegenalan wajah, berbeda dengan kebanyakan AI yang berbasis tulisan ilmiah.
Jatuh bangun dirasakan oleh mereka, tapi itu justru membuat mereka semakin tertantang, tim yang awalnya banyak hingga hanya tersisa 3 orang ternyata tak membuat semangat mereka runtuh. Hingga akhirnya Faris bersama rekannya berhasil membawa Nodeflux menjadi bagian dari NDIVIA-Metropolis Software Partner Program, sebuah program pemanfaatan AI dan deep learning yang menjaga keamanan kota dan bertranformasi menjadi smart cities.
Nodeflux sekaligus menjadi perusahaan anak bangsa pertama yang masuk ke dalam daftar ini bersama dengan 24 perusahaan AI papan atas yang lain.
Solusi di tengah Pandemi
Sebagai salah satu karya anak bangsa, Nodeflux juga berperan penting saat pandemi covid-19 melanda selama kurang lebih dua tahun. Pandemi yang terjadi mengharuskan seluruh masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan, disitulah Nodeflux turut hadir dengan teknologinya yang bernama Nodeflux VisionAire.
Teknologi ini mampu mendeteksi dan menghitung kepadatan manusia, juga mendeteksi masyarakat yang menjalankan protokol kesehatan dengan menjaga jarak 1 meter dan mengenakan masker. Pemantauan arus kendaraan tanpa harus terjun di jalan-jalan juga turut terbantu dengan adanya teknologi AI ini, dalam hal ini Nodeflux telah bekerjasama dengan pemprov DKI Jakarta dan Jawa Timur.
Peran Nodeflux bagi Indonesia
https://www.dw.com/id/mengenal-nodeflux-start-up-ai-asli-indonesia/a-57456054
Selain perannya yang hadir saat pandemi yang lalu, Nodeflux telah terbukti berhasil memberikan dampak positif bagi masyarakat. Teknologinya mampu membantu memantau keamanan acara-acara besar yang diadakan di Indonesia seperti Asian Games 2018, IMF World Bank Group Summit, tak lupa pula pengawasan yang ada di bandara-bandara dalam negeri.
Selain membantu dalam acara besar, Nodeflux juga membantu pemerintah, terutama pemprov DKI Jakarta untuk mendeteksi ketinggian air sungai yang memiliki resiko banjir dengan memberikan informasinya secara berkala, serta memberi peringatan kepada pihak terkait ketika ketinggian air mencapai tingkat kritis agar dapat dilakukan pencegahan dan meminimalisir kerugian.
Nodeflux memiliki tingkat akurasi yang tinggi dan juga membantu klien dalam bidang pertambangan hingga retail.
Rencana Nodeflux Mengembangkan AI Tanpa Internet
Setelah mengembangkan teknologi AI Smart City dan pengenalan wajah, Nodeflux turut mengembangkan model AI yang akan diluncurkan ke daerah terpencil. AI ini dinamai "AI on the edge" yang dapat diakses tanpa adanya jaringan internet.
AI ini akan diluncurkan sekali, dan sama seperti manusia, AI ini akan berlajar sendiri hingga lama kelamaan akan menjadi lebih pintar. AI yang diletakkan pada perangkat edge ini bisa digunakan hingga ke daerah paling terpencil sekalipun.
Peraih Penghargaan Satu Indonesia Award 2018
https://www.merdeka.com/teknologi/nodeflux-startup-face-recognition-karya-anak-bangsa-raih-penghargaan-nasional.html
Berkat kegigihannya dalam membangun Nodeflux, Faris dan Meydy berhasil menerima penghargaan 9th Satu Indonesia Award dari PT Astra International Tbk pada tahun 2018 yang lalu, penghargaan ini diberikan karena Nodeflux telah sukses menjadi contoh dari para generasi muda yang mampu mengolah karya cipta yang berguna bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia pada bidang teknologi.
Kesuksesan Nodeflux mengembangkan teknologi AI yang banyak membantu pemerintahan dan menjadi solusi menghantarkan Faris dan Meydy pada pengakuan Nasional di ajang IdeaFest 2018 tersebut.
"Kami berharap hal ini menjadi bukti untuk seluruh pihak supaya semakin percaya kekuatan pemuda Indonesia dalam membangun bangsa." Ucap Faris Rahman saat diwawancara
Posting Komentar
Posting Komentar